POSBUMI.COM, LAMONGAN JATIM – Bupati Lamongan terpilih, Yuhronur Efendi memperhatikan proses pembuatan tahu di salah satu UKM di Dusun Trewek, Desa Kandangrejo, Kecamatan Kedungpring, Minggu (24/1/2021).
Bupati Lamongan terpilih, Yuhronur Efendi memperhatikan proses pembuatan tahu di salah satu UKM di Dusun Trewek, Desa Kandangrejo, Kecamatan Kedungpring, Minggu (24/1/2021).
Perhatian Beliau terhadap pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terus dilakukan. Yuhronur menjadikan UMKM sebagai salah satu program unggulan kalau dipastikan memegang roda pemerintahan di Lamongan bersama Wakil Bupati (Wabup) KH Abdul Rouf nanti.
Karena itu di sela kegiatannya pasca pilkada, Yuhronur mengunjungi perajin tahu di UMKM pengolahan tahu di Dusun Trewek, Desa Kandangrejo, Kecamatan Kedungpring, Minggu (24/1/2021).
“Peningkatan perekonomian di Kabupaten Lamongan, khususnya untuk pelaku UMKM rumahan atau home industry harus menjadi perhatian,” kata Yuhronur.
Yuhronur mengaku salut bahwa para pelaku UMKM tetap produktif meski berjuang di masa pandemi Covid-19 dan terkekang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Ia pun berharap para pelaku usaha kecil tetap produktif, dibarengi inovasi.
Dan di tengah kondisi pandemi, pelaku UMKM di Lamongan bertahan dan melayani permintaan konsumen di pasar. “Saya datang ke sini memberikan semangat, agar mereka tetap bertahan dengan kondisi saat ini,” kata mantan Sekda Lamongan itu.
Yuhronur berkomitmen, akan membantu pengembangan para pelaku home industry. Salah satunya dengan memfasilitasi modal, perizinan dan pemasarannya. Pihaknya akan menjembatani para pengusaha kecil itu dengan dinas-dinas terkait di Pemkab Lamongan.
“Bagaimanapun juga pelaku-pelaku industri kecil perlu diperhatikan kemajuan dan kesejahteraannya. Perlu kita kembangkan, kita perbanyak industri kecil terus bermunculan sebagai bentuk kemandirian dan kemajuan masyarakat Lamongan,” ungkapnya.
Sementara salah seorang pelaku UMKM pengolahan tahu, Sulistyoningsih mengaku senang dan menaruh harapan besar kepada babup terpilih. Ia mengakui saat ini harus memutar otak untuk mengembangkan usaha di masa pandemi.
“Sudah tetap bisa produksi, itu disyukuri. Memang ada dampak Covid-19 pada usaha kami. Tetapi kami harus mencari jalan bagaimana agar usaha tetap berjalan, “kata Sulis.
Masa pandemi Covid-19 ini, jelasnya, membawa masalah berlipat bagi produsen tahu dan tempe. Karena harga kedelai impor sebagai bahan baku sedang naik tajam, sementara hjarga penjualan juga tidak mudah dinaikkan.
“Agar tetap bisa beli kedelai, berproduksi dan tetap laku, harus disiasati dengan mengurangi ukuran saja, “ katanya.
Dan Sulis bersyukur, karena para konsumen bisa memahami kondisi saat ini. Sehingga usaha yang dijalankan tetap berkembang. Yang lebih penting , katanya, bagaimana pemerintah bisa segera memecahkan kenaikan harga kedelai impor.
“Sekarang harga kedelai di kisaran Rp. 9.500 per Kg, padahal sebelumnya Rp 8.000 per Kg, pungkasnya. (Kebek/Sry).