POSBUMI.COM, PARUNGPANJANG-BOGOR – Pertemuan warga Parungpanjang dengan Komisi V DPR RI pada hari Senin tanggal 22 Januari, adalah sebuah proses perjuangan keadilan. Keadilan tentang apa? Tentang nasib dan masa depan warga Parungpanjang.
Warga Parungpanjang dimotori Gerakan Masyarakat Arus Bawah (GEMA ABAH) dan GAMPAR, diterima oleh nggota Komisi V DPR RI dari Fraksi Partai Gerindra Dr. H. Mulyadi. Audiensi berjalan hangat dan aspiratif.
Semua masukan, kritik dan informasi ditampung oleh Komisi V DPR RI melalui Mulyadi. Diantara isi dialog selain terkait pentingnya jalur tambang khusus di kecamatan Parungpanjang, demi maslahat bersama.
Ada hal yang perlu menjadi perhatian khusus betapa pentingnya segera dan mendesak jalur tambang atau tol tambang untuk ribuan truk yang setiap hari lalu lalang tak teratur. Apa perhatian khusus itu? Terkait ribuan nasib anak didik.
Ribuan nasib anak didik mulai jenjang SD sampai SLTA dalam bahaya setiap hari. Dua hal yang sangat membahayakan anak didik, pertama kecelakaan karena berangkat ke sekolah harus “berhadapan” dengan ribuan truk.
Kedua terkait penyakit ISPA (infeksi saluran pernapasan) yang disebabkan oleh semburan debu truk yang hilir mudik setiap hari, setiap sa’at. Selain debu, polusi hembusan kenalpot menghitam dari kendaraan pun semakin menambah derita warga. Bagi anak didik, calon penghuni masa depan ini benar benar realitas keseharian yang membahayakan.
Ribuan anak didik terancam setiap hari. Terancam secara fisik langsung, sudah banyak yang tewas dan kecelakaan. Plus secara tak langsung rusaknya paru paru mereka karena ISPA. Ini sudah berjalan sekitar 20 tahunan. Sampai kapan derita anak didik akan terus berlangsung.?
Kita menghargai para sopir truk dan pengusaha tambang. Tapi penghargaan itu tidak lebih utama dari keselamatan anak didik yang setiap hari menuju sekolahnya. Warga negara paling istimewa di negara mana pun adalah anak didik.
Anak didik adalah warga negara paling istimewa di atas warga negara mana pun. Termasuk para pengusaha, sopir truk dan para penguasa di negeri ini. Sampai kapan anak didik akan dikorbankan dan menjadi korban setiap sa’at.
Pemerintah pusat, haloo, apa kabar? Pemerintah provinsi, halooo bagaimana kabar mu? Pemerintah kabupaten halooo, ayo memberi solusi. Detiknews menulis rata rata 12 orang meninggal di daerah ini setiap tahun. Belum yang kecelakaan lainnya.
Ayya Syena, seorang guru, pengurus ratusan anak yatim mengatakan, “Banyak orang tua yang meninggal karena ISPA”. Anak anak menjadi yatim karena debu dua puluh tahun dan karena kecelakaan tiada henti. Sampai kapan ini akan terus terjadi.?
Selamatkan ribuan anak didik segera! Indonesia emas 2045 hanya omong kosong bila anak didik, calon penghuni tahun 2045, terkena teror truk dan debu setiap sa’at. Faktanya bagi anak didik di Parungpanjang sa’at ini adalah Indonesia debu dan truk yang menakutkan.
Masa depan mereka bisa menjadi debu. Raib, menguap. Tegakah?
(R.Oji/Eman/Meg)