Jangan coba² Nyaleg kalo gak punya duit, pinjem dulu Seratus

0
267

POSBUMI.COM,JAKARTA – Pemilihan legislatif (Pileg) layaknya pasar kaget. Ramai dan tak digelar tiap hari.

Dan, yang pasti banyak barang baru. Sebagian mutunya bagus. Tapi tidak sedikit yang kualitasnya KW.

Ya, seperti pasar kaget karena dalam Pileg juga masyarakat sering dibuat terkaget-kaget.

Sebab, ada orang-orang baru yang tak diperhitungkan sebelumnya, tiba-tiba maju jadi wakil rakyat.

Layaknya sebuah pasar, orang yang berkompetisi dalam Pileg harus bisa menjawab tuntutan masyarakat.Jika tidak, dipastikan si calon tak akan dipilih. Branding dan kemasan kerap menjadi faktor yang sangat menentukan seorang caleg terpilih.

Orangnya pinter, tapi tak punya brand dan kemasan yang bagus, dipastikan bakal tersisih.

Demikian juga sebaliknya. Orang yang kecerdasannya pas-pasan, tapi punya “kemasan” yang bagus, dipastikan bakal menjadi pilihan favorit.

Agar bisa memenangkan kontestasi, seorang caleg haruslah memiliki kemasan dan brand yang oke.

Selain itu, mereka harus rajin melakukan sosialisasi dan pengenalan diri.

Lantas, berapa besar biaya yang harus disediakan oleh mereka yang ingin maju sebagai caleg?

Dari data kasar Posbumi.com, biaya untuk branding politik memang tidak sedikit.

Semakin rendah popularitas seseorang, biaya akan semakin mahal.

Hal lain yang juga menentukan murah-mahalnya modal maju sebagai caleg adalah tingkat literasi media.

Semakin tinggi tingkat konsumsi media di suatu daerah, semakin murah biaya untuk pencalegan.

Dari riset yang selama ini telah dilakukan, ada biaya minimal yang harus disiapkan oleh seorang caleg saat akan menghadapi Pileg 2024

Adapun perinciannya sebagai berikut:

1. Calon anggota DPR RI : Rp 7 miliar-Rp 8 miliar, untuk +/- 80.000 suara

2. Calon anggota DPRD Provinsi : Rp 1,5 miliar -Rp 2 milir untuk +/- 15.000 suara

3. Calon anggota DPRD kabupaten/kota : Rp 500 juta-Rp 1 milir, untuk +/- 6000 suara

Biaya tersebut minimal sekali, dan bahkan kebutuhannya bisa lebih besar dari itu

Untuk seorang public figure papan atas saat maju menjadi calon anggota DPR RI dari Dapil Jakarta pada Pileg 2019, masih harus merogoh kantong sebesar Rp 5 miliar.

Padahal dengan popularitasnya itu, secara teori orang tersebut bisa menekan biaya kampanye.

Tapi nyatanya masih tetap harus mengeluarkan uang. Padahal Jakarta adalah salah satu wilayah yang political cost-nya rendah karena masyarakatnya sudah melek media.

Caleg harus memiliki gagasan yang dapat mempengaruhi konstituen dan memanfaatkan jaringannya untuk dapat mendulang suara.

Bagaimana caranya mendulang suara dengan finansial yang pas-pasan?
Caleg harus bisa menjual gagasan dan juga harus memiliki kedekatan emosional.

Kedekatan emosional ini, di mana caleg tersebut memiliki jaringan dengan para pemuka agama, hubungan kekerabatan, kekeluargaan, almamater pondok pesantren, dan aktivis serta jaringan lainnya.

Memanfaatkan segala jaringan yang dimiliki. Baik itu, ikatan emosional dengan jaringan almamater, pondok pesantren, aktivis kemahasiswaan, kekerabatan, kekeluargaan, itu agar maksimal mendulang suara.

Intinya Caleg yg punya dana sangat pas pas-an jangan coba-coba Nyaleg, bisa terjerat hutang dari Bohir, tidak lulus jadi legislatif, taruhannya bisa jadi ODGJ, bahkan sampai bercerai dan bunuh diri. Pinjem dulu Seratus Boz. (SDJ)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here